KONSEP
MOTIVASI
Dalam suatu manajemen memotivasi
para bawahan mapun sesama anggota merupakan suatu aspek yang sangat penting
untuk dibahas. Dan tentunya dalam melakukan motivasi tidaklah mudah dengan
menggunakan rumus ataupun cara yang praktis, bahkan untuk memotivasi orang lain
tidak hanya kerja keras yang dilakukan sebab motivasi itu sendiri merupakan
cerminan dari kemampuan dari diri anda untuk meraih suatu kesuksesan. Sebelum
lebih jauh mari kita bahas terlebih dahulu tentang definisi motivasi.
Motivasi (motivation) merupakan
proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah dan ketekunan seseorang dalam
upaya untuk mencapai tujuan yang ia inginkan. Dari pengertian itu kita dapat
mengambil tiga kata kunci sebagai elemen penting dalam motivasi, yaitu
kekuatan, arahan dan ketekunan. Kekuatan (intenaity) merupakan suatu
aspek yang menggambarkan seberapa
kerasnya seseorang dalam berusaha mencapai tujuannya. Kekuatan yang besar
sekalipun tidak akan menghasilkan kinerja yang memuaskan jika usaha tersebut
tidak disalurkan dalam suatu arahan (directio). Jadi usaha dengan
kekuatan yang besar harus diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Yang
terakhir ada aspek ketekunan (persitense) dalam motivasi, yang mengukur
seberapa lama seseorang dapat bertahan dalam melakukan usahanya.
Pembahasan
selanjtnya mengenai evaluasi penerapan teori-teori awal motivasi. Ada empat
teori yang masih digunakan banyak manajer pada praktik lapangannya untuk
memotivasi para pekerjanya.
Teori Hierarki Kebutuhan (hierarchy of need). Teori
ini berasal dari Abraham Maslow. Ia mengungkapkan dalam teori ini bahwa dalam
diri setiap manusia terdapat lima kebutuhan:
1.
Fisiologis, yang memliputi
lapar, tempat berlindung, seks dan kebutuhan fisik yang lain.
2.
Rasa aman, yang merupakan
keamanan dan perlindungan dari bahaya fisik dan emosi.
3.
Penghargaan. ada faktor
internal yang meliputi harga diri, kemandirian dan pencapaian. Dan ada faktor
eksternal yang meliputi status, pengakuan dari orang lain, dan perhatian.
4.
Aktualisasi diri.
Yaitu dorongan dari seseorang untuk menjadi apa yang ia inginkan.
Teori
ini sangat cocok apabila diterpakan di seluruh dunia. Misalnya, di Jepang,
Yunani, dan Meksiko, di mana karateristik penghindaran yang kuat, kebutuhan
terhadap keamanan merupakan hierarki yang sangat perlu. Denmark, Swedia,
Norwegia, yang merupakan negara dengan pendidikan berkualitas membutuhkan
hierarki aktualisasi diri yang sangat tinggi. Begitupun dengan negara-negara
yang lain dengan kebutuhan yang berbeda-beda.
Teori X dan teori Y, teori
ini diusulkan oleh Douglas McGregor, di mana dalam diri manusia ada dua sudut
pandang yang berbeda yaitu sisi secara mendasar negatif (teori X), dan sisi
secara mendasar positif (teori Y). Teori X berasumsi bahwa para pekerja
tidak suka bekerja, malas, tidak menyukai tanggung jawab, dan harus dipaksa
untuk melakukan pekerjaan. Sedangkan Teori Y, berasumsi bahwa para
pekerja sangat suka bekerja, kreatif, mencari tanggung jawab, dan dapat
menawarkan diri untuk melakukan pekerjaan.
Itulah
pembahasan singkat mengenai dua dari empat teori awal motivasi, dua lainnya
yaitu Teori Dua Faktor (two-factor theory) dan Teori Kebutuhan
McClelland.
Yang
terakhir, dalam essay ini akan dibahas mengenai penerapan prinsip utama dari
teori ekspektansi untuk memotivasi para pekerja.
Teori Ekspektansi (expectancy
theory) yaitu teori yang menyatakan bahwa kekuatan kecenderungan kita untuk
bertindak dengan cara tertentu yang bergantung pada kekuatan ekspektasi
terhadap hasil dari tindakan itu dan ketertarikan individu kepada hasil
tersebut. Teori ini merupaka salah satu penjelasan mengenai motivasi yang
paling banyak diterima secara luas yang dicetuskan oleh Victor Vroom. Lebih praktisnya, para pekerja akan
mengarahkan pada penilaian kinerja yang baik, yang mana dari penilaian yang
baik itu akan mengarahkan pad imbalan organisasi, dan imbalan tersebut akan
memuaskan tujuan pribadi para pekerja. Oleh karena itu, teori ini memusatkan
perhatian pada tiga hubungan:
1.
Hubungan upaya-kinerja, yang
mana kemungkinan dirasakan oleh individu yang mengerahkan sejumlah usaha untuk
mengarahkan para pekerja.
2.
Hubungan kinerja-imbalan, yaitu
keadaan di mana individu meyakini untuk melaksankan pekerjaan pada tingkat
tertentu yang akan mengarahkan pada pencapaian hasil yang diinginkan.
3.
Hubungan imbalan-tujuan pribadi. Yaitu
keadaan yang mana imbalan organisasi, akan memuaskan tujuan pribadi bagi
individu.
Lalu apakah teori ekspetansi ini dapat berjalan dengan lancar
sesuai yang diinginkan?
Beberapa kritikan yang dilontarkan
menyaranakan bahwa teori ini hanya pada penggunaannya, dan individu dengan
jelas memandang kaitan antara usaha-kinerja dan kinerja-imbalan. Jika suatu
organisasi benar-benar memberikan imbalan kepada individu atas kinerka yang
mereka lakukan, bukan atas senioritas, tingkat kesukaran dll, maka teori
ekspetansi akan jauh lebih valid untuk dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar